Pacaran Dalam Islam?

Tulisan ini merupakan materi ketika saya diminta mengisi pengajian mahasiswa AMIK MBP Medan yang diselenggarakan pada Minggu 10 Februari 2008 dengan tema: “Pacaran Dalam Pandangan Islam”. Sengaja materi sebagai bahan pengajian ini saya beri judul “Pacaran Dalam Islam?” dengan menggunakan tanda tanya di unjung kalimat, yang mengisyaratkan bahwa tema ini masih perlu dipertanyakan.

Saya katakan masih perlu dipertanyakan bukan karena kesalahan pengambilan tema, akan tetapi tema ini sendiri – menurut pandangan saya – masih merupakan misteri yan perlu dipecahkan. Terms “pacaran” mungkin bukan merupakan istilah asing dan terdengar biasa saja. Namun, kalau ada istilah “pacaran dalam Islam”, “pacaran yang islami”, dan atau “pandangan Islam terhadap pacaran”, maka istilah pacaran menjadi tidak biasa, bahakan terkesan luar biasa.

Pertanyaan awal yang mungkin dapat diajukan guna memecahkan “misteri pacaran” adalah: “mengapa pacaran harus dihubungkan dengan Islam?”. Untuk menjwabnya tentu kita harus terlebih dahulu mengajukan pertanyaan: “apakah pacaran itu?, serta “Islam apa/ mana yang dimaksud?”.

Apakah Pacaran itu?

Harus diakui, dari sekian banyak kata kunci pada tulisan ini, kata “pacaran” merupakan kata yang paling sulit untuk dicarikan defenisinya, dan perlu diingat, defenisi begitu penting untuk menyelesaikan sebuah persoalan – ujar Sokrates. Sayangnya, defenisi yang teramat penting itu tidak dapat saya sajikan dengan sempurna untuk kasus “pacaran” pada tulisan ini. Saya cukup terbantu dengan sebuah makalah yang ditulis seorang dosen Psikologi IAIN Sumatera Utara, Suprayetno, MA, yang dipresentasekannya dalam sebuah kegiatan seminar bertema “Ada Apa dengan Cinta dan Pernikahan Dini Islami” (sekitar tahun 2002, ketika itu saya masih pelajar SMU).

Dalam makalah tersebut Suprayeton menjabarkan pandangannya tentang terminologi “pacaran” dengan kalimat seperti ini: “pacaran adalah proses saling mengasihi dan menyayangi antara lawan jenis jenis” (defenisi ini tidak merujuk pada sumber asli, tapi berdasarkan ingatan saya yang ikut terlibat dalam seminar dimaksud).

Berangkat dari defenisi di atas, saya mencoba merumuskan defenisi tersendiri terhadap pacaran. Satu hal yang mungkin agak terlupa dari defenisi yang ditawarkan di atas adalah “ikatan yang syah menurut hukum pernikahan”, baik dalam perspektif hukum negara maupun hukum agama. Sebab, ikatan tersebut boleh jadi syah dimata pasangan itu sendiri, keluarga mereka, ataupun masyarakat di sekitar mereka. Dengan kata lain, pacaran sudah menjadi kemakluman yang sangat umum di tengah masyarakat kita. Hanya saja, ada hal-hal yang mungkin tidak dapat ditolerir seperti: berhubungan intim layaknya sepasang suami istri.

Saya juga memandang pacaran lebih dekat dengan persoalan “cinta”, sebab cinta itulah yang nantinya akan melahirkan benih kasih sayang. Karenanya, defenisi yang tepat bagi saya untuk istilah pacaran adalah: “interaksi anak manusia untuk mewujudkan atau meluapkan perasaan cinta kepada orang yang dicintainya tanpa ikatan pernikahan”. Ada satu hal yang perlu digaris bawahi disini, bahwa saya tidak ingin menggunakan kata-kata “sepasang anak manusia” yang memiliki orientasi “berlawanan jenis”. Sebab dalam kenyataannya, meskipun dengan alasan yang agak sulit dimengerti, ada juga anak manusia yang merasakan cinta terhadap sesama jenisnya. Orang-orang semacam ini tentu tidak dapat dinafikan begitu saja dari “wilayah pacaran”, apapun alasannya.

Masalah lain yang mungkin akan muncul dari defenisi yang saya batasi adalah “ikatan pernikahan”. Kita tentu pernah mendengar ungkapan “pacaran setelah nikah” yang berbarti bahwa sebaik-baiknya pacaran adalah pacaran yang dilakukan setelah menikah. Bahkan ketika Seminar Tahun 2002 yang sebutkan sebelumnya pernah muncul sebuah pertenyaan tentang sikap Islam terhadap pacaran, salah seorang pembicara memberikan solusi “menikah dulu baru pacaran”, tidak berlebihan jika kita katakan bahwa pembicara yang satu ini menganggap pacaran setelah nikah itu lebih islami. Namun, saya masih meragukan argumentasi ini, sebab tidak ada istilah pacaran setelah menikah – menurut hemat saya.

Jarang sekali seorang laki-laki misalnya, menikahi pacaranya (wanita tentunya) dengan tetap memakai status “pacar” pada wanita tersebut. Tentu setelah dinikaih status pacarnya akan berubah menjadi “istri”. Justru yang pernah saya dengar dari guyonan seorang teman, “ayahku datang dengan mantan (bekas) pacarnya” untuk mengatakan bahwa ayahnya datang bersama ibu yang melahirkannya. Dengan demikian, pacaran dan pernikahan merupakan dua status yang terpisah. Dua status ini tidak akan pernah bertemu dalam satu waktu. Tidak akan ada orang yang mendapatkan dua status ini sekaligus pada umumnya. Saya akan menyebut diri saya masih pacaran apabila belum menikah, dan akan mengatakan telah menikah setelah menikahi pacar saya, kecuali jika saya selingkuh.

Dus, pemaparan di atas tidak lebih dari sebuah ilustrasi yang ingin memperjelas defenisi, dan defenisi yang saya tawarkan tentunya kurang memenuhi persyaratan ilmiah, sebab memang sulit mengilmiahkan istilah pacaran yang – sekali lagi menurut saya – amat a history. Dapat dipastikan kita akan kewalahan jika ditugaskan untuk melacak kronologis penggunaan istilah pacaran. Jika boleh berapologi, konon istilah pacaran digunakan untuk mengandaikan orang yang melakukannya layaknya seperti orang yang sedang “berpacaran” (menggunakan daun pacar/ inai ditangan). Efek inai itu sendiri akan terlihat cukup lama melekat di tangan orang yang menggunakannya. Demikianlah sekiranya orang yang sedang berpacaran, cinta, hati dan perasaannya akan terus melekat bagi dan untuk pacarnya (orang yang dicintainya).

Sekali lagi, argumentasi yang saya tawarkan tidak ilmiah, akan tetapi kita dapat membandingkan pengandaian ini dengan realitas kehidupan orang yang sedang berpacaran. Dan melalui defenisi serta pengandaian yang saya rumuskan, kita dapat menemukan satu kata kunci dari istilah pacaran, yaitu “cinta”. Jika pacaran kurang begitu menarik diangkat dalam wilayah studi ilmiah, cinta justru sebaliknya, mulai dari psikolog hingga filosof mencoba melacak dan berkomentar mengenai “cinta”.

Cinta tentu memiliki makna yang begitu luas dan mendalam, tidak sesederhana ungkapan seorang Ksatria Langit dari Legenda China – Chu Fat Kay: “penderitaannya tida akhir”, sungguhpun “penderitaan” memang benar-benar menjadi efek serius yang lahir dari problematika cinta. Kahlil Gibran, sastrawan Legendaris ternama punya rumusan tersendiri tentang cinta, menurutnya cinta satu-satunya kebebasan di dunia karena mampu mengangkat jiwa begitu tinggi, sehingga hukum-hukum kemanusiaan dan alam tidak mampu menemukan jejaknya. Filosof kaliber seperti Plato juga punya rumusan soal cinta, menurutnya cinta adalah daya kuat dalam diri manusia yang mendorong dan membawanya pada realitas yang sejati yang selanjutnya disebut sebagai “ide”.

Fat Kay telah mengingatkan orang yang takut akan penderitaan agar jangan coba-coba mendekati cinta, sementara Gibran telah menjelaskan luasnya makna cinta sehingga kekuatan alampun tak mampu melacak jejaknya, sedangkan Plato mangajarkan kita betapa dalam makna cinta. Dari sini kita dapat membayangkan rumitnya persoalan cinta, namun bukan tidak berarti kita mencoba lagi untuk melihat satu rumusan cinta yang ditawarkan seorang Psikolog bernama Stanberg yang menganggap cinta sebagai sebuah kisah, kisah yang ditulis oleh setiap orang.

Kisah tersebut merefleksikan kepribadian, minat dan perasaan seseorang terhadap suatu hubungan. Ada kisah tentang perang memperebutkan kekuasaan, misteri, permainan dan sebagainya. Kisah pada setiap orang berasal dari “skenario” yang sudah dikenalnya, apakah dari orang tua, pengalaman, cerita dan sebagainya. Kisah ini biasanya mempengaruhi orang bagaimana ia bersikap dan bertindak dalam sebuah hubungan. Stanberg memperkenalkan teori segitiga cinta (bukan cinta segi tiga) yang mengandung komponen keintiman (intimacy), gairah (passion), dan komitmen.

Rumusan Stanberg ini agaknya membantu kita untuk sekali lagi menyelami “wilayah pacaran” yang sedari awal telah kita bicarakan dalam tulisan ini. Menurut saya, apa yang telah dirumuskan Stanberg tentang “segi tiga cinta” menjadi komponen-komponen yang harus ada dalam “kamus pacaran”. Kita belum pernah mendengar ada orang yang berpacaran tanpa “keintiman”, sungguhpun kita pernah mengetahui ada juga orang yang berpacaran melalui sms or komunikasi telephon tanpa pernah bertemu muka sekalipun, namun tidak berarti nilai keintiman tidak ada didalamnya, sebab istilah intim memang lebih bersifat abstak.

Orang berpacaran juga karena muncul dalam dirinya sebuah gairah, gairah ini pula yang nantinya melahirkan rasa ingin memiliki terhadap orang yang dicintai. Dan terakhir, tidak ada dalam kamus pacaran tanpa sebuah kesepakatan (komitmen), artinya mereka yang bersepakat untuk pacaran biasanya akan membangun sebuah komitmen tertentu yang akan disetujui satu sama lain. Pelanggaran terhadap komitmen ini yang biasanya memunculkan “teori terbalik” segi tiga cinta ala Stanberg (alias cinta segi tiga).

Bagaimana Pacaran Dalam Pandangan Islam?

Nah, setelah kita melanglang buana membicarakan cinta dan pacaran, selanjutnya mari kita melihat bagaimana Islam memandang pacaran?. Namun, ketika kita membicarakan Islam berarti kita membicarakan sesuatu yang banyak (beragam) – ungkap Luthfie Asyaukanie. Kalangan Faqih mungkin akan berbeda dengan orang-orang sufi dalam memandang pacaran, konon lagi filosof – jika kita bawa-bawa dalam pembicaraan ini. Akan tetapi, jika pertanyaan yang muncul adalah “bagaimana pandangan Islam terhadap pacaran?”, dapat disimpulkan ini menjadi wilayah pembicaraan kalangan faqih yang biasa bicara soal hukum.

Saya tidak akan menentukan mazhab mana yang harus dipakai untuk mengukur “humum pacaran”, karena bicara Islam berarti bicara sesuatu yang beragam (banyak). Maka, menurut saya perlu mengemukakan seluruh pandangan yang muncul tentang pacaran, yang secara umum dapat dikategorikan kedalam tiga pandangan.

Pandangan pertama mengatakan bahwa tidak ada pacaran di dalam Islam, sama halnya dengan pacaran itu “haram”. Pandangan semacam ini biasanya menganggap bahwa untuk berhubungan dengan orang-orang yang bukan mahram, harus melalui ikatan-ikatan yang syah menurut pandangan Islam (yang dipahaminya, tentunya), dan ikatan tersebut adalah pernikahan. Golongan yang memiliki pandangan seperti ini biasanya hanya mengenal istilah ta’aruf yang terjadi sebelum pernikahan. Sangat wajar ada golongan yang punya pandangan seperti ini, karena mereka menilai masalah yang selalu dianggap sepele seperti bertatap muka dengan orang-orang yang bukan mahram merupakan “zina”, haram bersentuhan tangan (karena sama halnya dengan menyentuh bara api neraka), dan mereka melakukan komunikasi melalui hijab terhadap orang-orang yang bukan mahram.

Pandangan selanjutnya adalah membolehkan pacaran “mubah” selama masih berada dalam nilai-nilai Islam. Biasanya pandangan seperti ini masih terikat dengan argumentasi-argumentasi fiqih yang telah mengalami penafsiran-penafsiran tertentu. Pandangan ini akan diwakili oleh golongan “Islam Modernis”. Sebagai ilustrasi, orang berpacaran tanpa batal wudhu’ – misalnya. Sungguhpun “kepuasan seksual” menjadi alasan lain mengapa orang berpacaran, pada pandangan yang kedua ini agaknya pacaran ingin dijadikan sebagai wadah penyalur hasrat cinta kepada lawan jenisnya. Meskipun tidak mendapatkan “kepuasan seksual”, terpenuhinya hasrat biasanya telah dirasa cukup.

40 tanggapan untuk “Pacaran Dalam Islam?

  1. menurut saya, islam tidak melarang umatnya untuk berpacaran. hal itupun dapat dilacak pada akar sejaran islam (islam sebagai nilai) yang terjadi antara nabi sulaiman as dengan (kalo gak salah) ratu bulgis. keduanya merupakan potret pacaran islami, sebab mereka hanya berpacaran dalam kaidan-kaidah islam. tidak melenceng dari itu,..jadi bagi saya pacaran dalam islam itu sah-sah saja.

    Suka

  2. PACARAN?

    dalam Islam sebenarnya tidak ada kata PACARAN..
    karena pacaran itu identik dengan berdua-duaan, sedangkan berdua-duan itu dilarang oleh Islam karena yang ketiga adalah SETAN.
    tapi, saat ini sudah salah kaprah!!
    PACARAN sudah menjadi budaya yang seakan-akan harus diikuti, terutama di kalangan remaja termasuk saya sendiri yang juga masih remaja.
    bahkan dalam pergaulan, jika ada yang tidak PACARAN dikatakan kuper, kuno, atau apalah.
    PACARAN yang paling indah dan insya Allah langgeng yaitu dalam perkawinan.
    dan menurut saya, dalam mencari jodoh tidak harus dengan PACARAN, karena itu semua hanya buang-buang waktu, pikiran, tenaga, terutama uang!!
    oleh karena itu lebih baik JANGAN PACARAN!!!
    biar nggak nambah DOSA apalagi dalam hal ini kaum perempuan lebih dirugikan!!

    kalian yang nggak suka dengan opini saya, kalian kirim email aja ke saya di ul_ph@yahoo.co.id

    Suka

  3. saya setuju dengan komentar mbak ulfa, memang islam melarang umatnya berpacaran karena memang itu sudah mutlak dilarang dalam Al-qur’an dan menurut saya berpacaran itu malah menimbulkan dampak yang negatif karena dapat menimbulkan pergaulan yang bebas sesama lawan jenis,saya rasa pacaran yang dikenal dalam islam itu adalh pacaran sesudah melakukan pernikahan jadikan mau ngapain aja kan sudah halal,itu baru pacaran yang sebenarnya dan tidak melanggar hukum Alloh.
    (wassalam) zumansah88@gmail.com

    Suka

  4. mang sulit bgt ya menentukan mana yang musti diduluin n mana yng ga, mana yang dibolehin n mana yang ga, aku ndiri masih bingung about “pacaran”. aku pacaran kok, tapi jujur dalam hati aku kadang aku ngerasa nyesel banget walo aku ma dia ga pernah “berlebih”>just hold her hand , not more n I’ll never. aku pengen nikahin dia dlu ae biar dapat yang “halal”. moga Allah mengampuni aku, dia, dan semua remaja yang pernah, sedang, atau akan berpacaran. Amien.

    Suka

  5. iya, emank yg namanya pacran itu g ada dlm islam, justru di haramkan.karna yg namanya cinta itu adanya hanya setelah pernikahan, krn cinta itu didasari dng tanggung jwb, g cuma sekedar omongan, ato tulisan yang g bis dipertanggung jwbkan. bandingin aja menikah tanpa pacarn sblmnya pasti lbh seru ketimbang musti pacaran dulu, coz kl dah nikh kita bener2 disandingkan dng orng yg bener2 halal bwt kita,ok!

    Suka

  6. Pemua kembali ke dalam pemaknaan seseorang terhdap pacaran. kalau tujuan pacaran karena Allah dan menjalin silaturahmi itu baik. karena silaturahmi dapat memperpanjang umur dan rizki. kita harus melakukan tiga hal yaitu:
    1. Ukhuwah Islamiyah
    2. Ukhuwah bashoriyah
    3. Ukhuwah Wathoniyah

    Suka

  7. Allah berfirman ”Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”.(QS. Al-Isrâ’/17:32)so, if you can’t keep yours self. you must leave a take a love affair with someome better you fall into a hole in sin. Lebih baik menikah!

    Suka

  8. zina hati dengan bernikmat-nikmat karena getaran jiwa yang dekat dengannya, zina mata dengan merasakan sedap memandangnya dan lebih jauh terjerumus ke zina badan dengan, saling bersentuhan, berpegangan, berpelukan, berciuman, dan seterusnya hingga terjadilah persetubuhan.

    Firman Allah SWT yang artinya, ?Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.? (Al-Isra: 32).

    ?Katakanlah kepada orang-orang mukmin laki-laki: ?Hendaklah mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya ?.? Dan katakanlah kepada orang-orang mukmin perempuan: ?Hendaknya mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya ??.?
    (An-Nur: 30?31).

    Suka

  9. Muslimah sebaiknya tidak usah pacaran karena akan mendatangkan mudharat dari Allah swt dan akan mendekati perbuatan Zina .

    Suka

  10. pacaran,,,!!!
    kalimat ini memang sudah tidak asing lagi di telinga kita ,,, kita sering mendengarnya bahkan kitapun pernah menjalankanya. Saya yakin di zaman sekarang semua orang pasti pernah mencoba yang namanya pacaran,,, dan saya juga yakin tidak sedikit orang yang tahu bahwa di dalam islam tidak mengenal istilah pacaran. selama kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, maka bagi saya pacaran adalah sah-sah saja, tapi kebanyakan pacaran malah memberikan madharat/hal-hal negatif. jadi jauhilah pacaran. karena islam itu adalah agama yang paling benar, dan islam juga tidak menganjurkan untuk berpacaran, maka kita selaku umat islam yang taat tentu wajib mematuhinya.

    Suka

  11. Ada satu pertanyaan dalam benak saya…
    Sebenarnya Pacaran itu boleh nggak sih???
    sebagian orang muslim mengatakan,kalau pacaran itu dilarang..
    tapi sebagian lagi mengatakan kalau pacaran itu boleh-boleh saja malah harus…
    jadi,sebenarnya bagaimana yang dimaksud pacaran itu???
    sebagian orang tua mengatakan pacaran itu tidak boleh karena dapat mengganggu konsentrasi belajar…
    tapi,coba dipikir-pikir lagi…
    seandainya kita jatuh cinta pada seseorang,sehinggaa kita terus menerus memikirkan orang itu…
    sehingga konsentrasi belajar kita terganggu,apa itu masih bisa disebut pacaran???
    dan,kalau memang pacaran itu diperbolehkan,bagaimana cara meyakinkan orangtua kita yang menganggap pacaran itu dilarang?

    Suka

  12. Gini aja, kita analisis dulu..
    Bersentuhan dengan lawan jenis (yg bukan muhrim) aja gak boleh, apalagi sampai gandengan, pelukan n ciuman segala.. Udah dosa tuh..
    Trus, berdua2an juga dilarang, ntar pihak ketiga dateng, yg bernama syetan..
    Jadi kalo yg merasa ingin “pacaran”, silakan dilakukan gak pake sentuh2an, liat2an, apalagi penuh syahwat.. Setan dah siap bantuin tuh..
    Tp kalo kayak gitu mah, apa asiknya?!?! Itu sih sama aja temenan..
    Maka dari itu.. Sbenernya gak ada yg namanya pacaran dalam Islam..
    Bangsa kita udah diracuni.. Aku juga mpe skarang gak brani pacaran, takut dosa, ngeri di Akherat euy… Biarin dah dibilang katrok, culun, goblok, sok alim, dll..
    Kita hidup di dunia untuk mencari kebahagiaan abadi di akhirat..
    Jadi gak perlu terbawa bujuk rayu setan hanya demi kenikmatan sesaat.. Bahkan sampai ada yg bilang “pacaran tanpa ciuman itu hampa”. Naudzubillah..
    Kalo emang udah gak tahan pengin menjamah lawan jenis ya nikah aja sekalian.. Gak cuma bisa cium2 ma peluk2, boleh lebih dari itu.. Dapet pahala pula..
    So, saya anjurkan.. Gak usah pacaran deh, demi keselamatan dunia akhirat..
    Kalo ada yg ngotot merasa pacaran (yg benar2 pacaran, pake rangkul2an, aelapyu2nan) itu boleh, mana dalilnya?!?! Jangan bid’ah..

    Suka

  13. ;;Saya memang sebelum nikah tidak tahu sewaktu bertemu dengan calon isteri sudah bisa dikatakan pacaran . Prosesnya singkat melihat. bicara sebentar untuk mengenal kemudian ngajak kawin ,disetujui maka maka nikahlah kami. Selesai. Beberpa tahun kemudian ternyata hati kami tidak cocok bukan karena masing-masing punya WIL atau PIL yang jelas kami cekcoklah hampir setiao hari akhirnya saya mengajukan talak untuk berpisah. setuju dia. Nah selesai. Saya berpikir kalau begitu saya perlu saling kenal , perlu proses untuk menyayangi itu Terus bagaimana hukumnya tentang pandangan saya ini?

    Suka

  14. Menurut yang q tau………..n yang q denger………..,pacaran itu boleh2 ajach!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!.Asalkan gk sampai melanggar aturan yang ada dalam agama kita. Terpenting pandai jaga diri dan harus mempertebal iman,agar kita gk terjerumus dengan hal2 yang nggak nggak.
    Gimana klu kita pacaran ma org yang gk bener???????????,tpi setelah pacaran ma kita dia berubah kearah yang lebih baik?????????.apakah itu bakal jadi amal atau gk??????????

    Suka

  15. Assalamu’alaykum….
    sebelum beropini hendaknya kita berilmu dulu. tahu dulu fatwa ulama seputar pacaran, pelajari dalil-nya. jangan menghukumi sesuatu berdasarkan “pemahaman saya begini” atau “di masyarakan itu maklum” dsb-nya.
    karena perkara seorang muslim adalah perkara Islam. Dan semua perkara Islam harus dikembali kepada Al Quran dan As Sunnah…..

    Pacaran haram dalam segala bentuknya !

    wallahu’alam…..

    Suka

  16. aslm..
    mksih untuk pncerahannya tentang pcrn dr pndngn islam.. ^_^
    hmpir saja saya terbjuk ryuan
    setan untuk berpacaran.. sagala puji hanya untuk Allah dan bersyukur ats sgla nikmat dan khidpnbyg msh dibrkan oleh Allah smpai saat ini,, ttpi mnusia mlh mempnyai keingnan untuk truz melnggar prntahnya sperti “berpacaran ” yg tlh jlz dilrng dan Allah tidak mnyukai krna itu sama sj dg zina..
    mksd dr pcrn stlah mnkah bkn status kta mnjdi pcrn stlh mnikah tpi lbh ke arh p’buatn yg dlkukan olh orng pcrn.. dan jdikan itu sbgai cinta abadi krn jk tlh mnikh brrti tlh sah mnjdi psngn hdp slmny dg mnrma sgl kkurngn yg dmilki psngn qta.. ^^
    jd sbaikny mnikhlah bgi yg sdh tdk dpt mnhn hw nafsu tuk b’buat sesuatu yg kn mnmblkn zina..
    smua yg dlkukan dlm pcrn adlh zina,, ga mngkn jk tdk bertemu, mkn breng, gandengan tngn, pndng – pndangn, dn smp plukan,, itukan yg dlkukn dlm pcrn..
    lbh baik dlm mncri psngn hdup, ckp dg qta knal dy, dy knl qta, dy sring ikut pngjian, tdk mningglkn sHalt,, dkt dg Allah, mnjga pndngn dr lwn jnis, tdk prnh m’bcrkn kjlkn orng lain,,
    itulh yg dnmkn psngn d dnia dan dia jg kn mjd psngn kta d srga nnti.. amiien.. Allahuakbar. . .

    Suka

  17. Ass. Alhmdulillah allah mmbrikan ptnjk pdku arti kt pacaran melalui blog ini. jujur walaupun sy santri,saat ini sy bnr2 bingung dgn kondisi sy saat ni. walaupun tau dalil n hukum pcran, tp msh sulit mngndalikan ht ini. Bs dktkan sy lols dr kt pcrn pd puber 1 hgga skrg. mngknkh sy bs brthn pd puber ke 2 saat ini? saran bisa dkrm melalui facebook (Al misry) atau email.

    Suka

  18. pacaran mungkin memang indah menurut sebagian orang.
    kadang kita tw pcran t mrpka dosa tpi kadang sulit untuk menahan diri.
    wallahu alam……….
    smoga allah mngmpuni dosa qta semua……………

    Suka

  19. saya tidak setuju praktek pacaran zaman sekarang, pacaran boleh-boleh selama arti pacaran itu tidak berdua-dua duduk di tempat yang sepi. andai tidak bisa dihindari dan memang sangat perlu duduk berdua karena alasan yang positif, maka harus ditemani dengan anak kecil yang bisa diajak bicara sebagai orang ketiga.

    Suka

  20. menurut saya pacaran itu bisa haram ataupun halal, sesuai dengan orang yang melakukannya. jika orang yang pacaran memandangnya secara positif maka hasilnya juga akan positif. sebaliknya, jika orang itu mengartikan pcaran negatif maka hasilnya juga negatif. contoh internet, jika orang memanfaatkan internet untuk kpentingan negatif maka internet akan membuka situs negatif. begitupun sebaliknya.

    Suka

  21. Asslmualaikm..
    Sya ank brUsia 15 ta0n..
    Pcran itU bLh2 aj asL mnjlnkn ny mnrut kaidah islam,,klw pcrn t0ek ta’aruf knpa g blh?..
    Tp,kLw pcrn t0ek snang2,,kyk having fUn t0gether brU g bLh..
    N yg trpnting Qta hrUs bsa jg dri n iman ny d prkUat biar g trjrmUs k dLm hL2 negtif..
    N kLw bsa pask pcrn d pntau sma 0rgtUa biar 0rgtUa bsa ngngtkn Qta kLw ad tndkn Qta yg sLh..
    Get0e..
    WassLmUaLaikm

    Suka

    1. pacaran sesuai dgn kaidah islam itu TIDAK ADA. karena Islam tdk mengizinkan berdua-duaan beda jenis, bersentuhan dgn lawan jenis, dsb. sedangkan pacaran identik dgn hal2 semacam itu.
      memangnya bisa pacaran tanpa melakukan hal tsb ?!!

      Suka

  22. pacaran …
    sebuah kata yg sdh tdk asing lgi ditelinga kita ,dri klangan orangtua smpai anak2 yg tentux interpretasinya berbeda2…

    memandang suatu hal , yg hrs dpertimbangkan adalah manfaatx dan mudharatx..
    argumentasi z , pcran bsa mbwa manfaat namun jg bs mnimbulkan kemudharatan ..tergantung dri insan yg menjalakanx ..
    pcran dpt memotivasi qt dlm stiap kgiatn mslx , tp jg bz mbwa qt ke lembah kenistaan…
    jd skli lgi smuax tuu tgantung dri subyek yg mjlnknnx …
    nmun ,realitas yg tjdi d masya. yg sringkli mncul adlah kemudharatanx …

    Suka

  23. semua tmn2 dsne kayaknya pada pintar soal dalil…dalil pacaran dalam islam, tapi kayaknya dari 1000 umat didunia kayaknya 199 tertarik dengan yang nama nya pacaran,, walaupun itu tau pacaran itu diharamkan olh agama islam,, so gi mana sie… biar qt semua bs melupakan yang nama nya pacaran,, ada yang pnya ide gak ???? coz terkadang gak muna sie lau liat tmn pnya pcar baik rasa hati ingin juga pnya pcar yang baik n mengrti qt,, tp itu gak mungkin terjadi,,, karna allh hanya menjanjikan itu hanya setelah qt menikah ma orang yang bener2 jodoh qt,,, tapi terkadang takut juga sie.. nantinya dapat orang yang gak tepat karna tanpa mengenal lbh dekat,, so gmana sie seberna nya untuk menentkan jodoh qt sebenarnya atau tidak ibuat qt ???????????????????? l

    Suka

    1. karena dari sekian banyak muslim di dunia ini, hanya sedikit yg bisa masuk surga. jadi,, hanya org2 yg menjauhi pacaran (salah satunya) yg dapat menikmati surga ^^

      Suka

  24. memang islam tidak melarang kita pacaran….
    apa mungkin kita sangup menahan syahwat kita….
    tentu tidak kan….
    law tidak di landasi dngan iman………..
    jadi…
    terserah kalian aja .

    Suka

  25. panjang lebar kalian berbicara tentang pacaran,namun tidak mempunyai titik temu..

    Ada yg bilang ta’aruf yg dibolehkan dalam islam..
    Saya mau tanya.. Ta’aruf itu apa ?
    kalau bahasa orang awam,ta’aruf itu tak ubahnya seperti semi pacaran,karena akan mengenal pasangan yg akan dinikahinya.. Jadi,coba tanya orang pacaran ? Mengapa mereka pacaran.. Karena ingin mengenal pasangan mereka sblm menikahkan..
    jadi apa bedanya ta’aruf dgn pacaran,
    karena pacaran identik dgn ciuman,pelukan de el el.. (itu hanya merupakan bentuk penyimpangan dari pacaran) dan mungkin saja ta’aruf juga mengandung unsur penyimpangan.. Saya punya banyak kisah nyata tragis yg disebabkan oleh ta’aruf yg dialami teman2 saya…

    Suka

  26. MNuRut sYaa PcaraN tCc IDenTiK MenUjU k’sEbUah PerZiNaan. , , ,dAn MnUrUt aL-Qur’aN, ,mNdeKatI ziNa tCc hUkuMx HarAmm(surh anNur), , ,n kesImPuLanx Pacaran tCc harMm (mNurUt Sya)

    Suka

Tinggalkan komentar